Banyak orang mengharapkan atau menginginkan hidup di dunia yang adil, tidak ada masalah, hidup makmur, 0 angka kejahatan, dan lain sebagainya yang bagus-bagus. Sayangnya, Bumi tempat kita tinggal ini bukanlah dunia yang ideal. Dunia indah itu hanya ada di mimpi dan dongeng. Jika kita melihat berita dan menjalani hidup ini, kita bisa melihat begitu banyak kenyataan pahit yang membuat kita geleng-geleng kepala, kok bisa hal ini terjadi, kok bisa ada orang sejahat itu. Tapi memang begitulah hidup, tidak melulu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada segudang kenyataan pahit dan pedas yang akan TahuPedia bahas di bawah ini yang mana tidak semua orang siap menerima kenyataan tersebut. Apa saja sih?
Jika kalian tanya ke sejumlah orang mengenai jadi orang pesimis itu bagus atau tidak, mungkin kalian akan mendapatkan jawaban bahwa pesimis itu buruk. Tidak heran mengingat pesimis memang dianggap sebagai hal yang buruk. Bahkan sejak kecil, orang tua dan guru kita mengajarkan anak bahwa pesimis itu buruk dan tidak bagus untuk jadi orang yang pesimis. Tapi, apakah pesimis memang seburuk itu?
Menjadi pesimis itu bukanlah hal yang buruk. Jadi pesimis itu ternyata ada manfaatnya loh. Jika kalian sudah dewasa dan mengerti bagaimana dunia ini bekerja, kalian tahu bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan harapan. Menjadi pesimis, memperkirakan hal yang buruk, itu justru bisa membuat orang jadi lebih siap. Bukan berarti pasrah, kita tetap melakukan hal sebisa mungkin dan semaksimal mungkin. Tapi tidak lupa untuk mempersiapkan rencana cadangan jika terjadi hal buruk.
Melihat konten di internet, kalian mungkin bisa melihat ada konten-konten yang dibuat oleh content creator yang menunjukkan kekayaan yang mereka miliki. Istilah populernya adalah flexing. Tidak ada yang salah dengan flexing. Yang penting pastikan dulu kalau kekayaan yang didapat bukan dari cara yang ilegal. Jika ada orang kaya, tentu saja ada orang miskin.
Jangan hanya melihat hanya ke atas saja, tapi sekali-sekali lihat juga ke bawah. Ada orang yang kaya sekali dan ada juga orang yang miskin sekali. Perbedaan yang sangat jauh bisa membuat orang miris ketika melihatnya. Semakin miris ketika melihat ada orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara ilegal lalu menindas mereka yang miskin. Tapi hal itu tentu saja bisa terjadi.
Semua negara pasti memiliki hukumnya masing-masing. Hukum dibuat agar warga di negara tersebut mentaatinya dan tercipta situasi yang aman dan terkendali. Hukumnya memang dibuat seadil mungkin, tapi yang menjadi masalah adalah penegak hukumnya. Apakah penegak hukumnya bisa bertinda adil?
Kalau kalian membaca berita, bisa ditemukan banyak berita ketidak adilan terkait hukum. Ada orang yang melakukan pelanggaran hukum tapi karena memiliki uang, kekuasaan, dan koneksi orang besar, bisa lolos dari hukuman. Kalau pun kena hukuman, hukumannya ringan. Sementara orang biasa yang melanggar hukum, dikenakan hukum yang seberat-beratnya. Gambarannya seperti pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
Masih belum cukup, kalau seorang kriminal dimasukan ke dalam penjara, dengan kuasa dan uang yang ada, bisa memilih penjara khusus yang fasilitasnya setara dengan apartemen. Kalau kriminal biasa, masuk sel yang kecil, sempit, dan sesak. Ada sebuah ungkapan yang cukup sering muncul di internet, "Pengadilan bukanlah tempat untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Pengadilan adalah tempat untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Pihak mana yang bisa meyakinkan hakim, maka dia lah yang menang."
Siapa di sini yang pernah diskusi dengan orang yang usianya lebih tua dan diskak-mat dengan jawaban, anak muda tidak tahu apa-apa, orang tua yang benar? Pasti hal ini sering terjadi, bukan cuma ketika berdikusi dengan orang yang lebih tua seperti guru dan dosen, tapi bisa juga ketika berdiskusi dengan orang tua sendiri, diskusi ditutup dengan jawaban, orang tua pasti benar meski kita tahu bahwa itu salah.
Perlu diketahui bahwa dalam diskusi, salah atau benar itu tidak ada hubungannya dengan usia. Meski usia lawan bicara kita lebih tua, belum tentu dia selalu benar. Fakta ini masih belum bisa diterima oleh banyak orang, terutama mereka yang lebih tua dan konservatif. Orang tua konservatif takut dan gengsi untuk mengakui kesalahan diri mereka sendiri. Kalau memang kalian benar, kalian tidak perlu takut untuk menolak pendapat dari mereka yang usianya lebih tua. Tentu penolakan dilakukan dengan cara yang elegan, tidak perlu pakai marah-marah.
Menjadi cuek ternyata ada manfaatnya, apalagi kalau kalian hidup di era modern seperti sekarang. Sekarang, sudah banyak orang yang memiliki sosial media. Di sosial media, ada banyak orang yang entah siapa, tidak memiliki hubungan apa-apa dengan kita, tiba-tiba memberikan komentar yang seolah menghakimi dan mengharuskan kita untuk melakukan apa yang mereka mau. Memangnya mereka siapa sih?
Karena adanya orang-orang yang tidak jelas seperti ini yang membuat kita wajib untuk memiliki sikap cuek. Selama yang kalian lakukan itu tidak melanggar hukum, tidak merugikan orang lain, tutup telinga saja dari suara-suara sumbang itu. Jangan kalian masukan dalam hati ucapan pedas dari netizen lalu jadi depresi sendiri. Kalian adalah individu yang memiliki pilihan, jangan biarkan hidup kalian dikontrol oleh orang yang bersembunyi di belakang keyboard dan akun anonim.
Kita semua pasti punya seseorang yang diidolakan. Bisa itu penyanyi, model, aktor, atau siapa lah bebas kalian mau mengidolakan siapa. Mengidolakan itu boleh, tapi dengan batasan yang perlu kalian sadari. Mau seterkenal apapun mereka, mereka juga hanya manusia. Mereka adalah orang yang punya kehidupan dan bisa memilih mau mengambil jalan hidup seperti apa.
Ketika idola kalian melakukan hal yang tidak kalian sukai, itu adalah pilihan mereka. Kalau mereka melakukan kesalahan, itu pun terjadi karena mereka sebenarnya manusia biasa sama seperti kita. Tinggal kita mau merespon seperti apa. Apakah tetap mau mengidolakan mereka atau tidak. Dan juga, kita sebagai fans tidak bisa seenaknya mengatur hidup mereka.
Tidak ada salah dengan memiliki harapan. Tapi ketahui kepada siapa harapan tersebut kalian taruh. Kalau kalian berharap pada orang lain, yang namanya orang pasti bisa melakukan kesalahan dan bisa mengecewakan kalian. Jika harapan kalian tidak berhasil dipenuhi oleh orang tersebut, sedih, kesal, dan marah biasanya akan terjadi.
Sebaiknya jangan pernah berharap dan menaruh kebahagiaan kita pada orang lain. Berharaplah pada diri sendiri, lakukan sesuatu yang kalian bisa sendiri, jangan bergantung nantinya ada orang lain yang akan membantu. Tidak semua orang itu mau atau bisa membantu. Justru kita lah yang harus menolong dan mendorong diri kita sendiri untuk hidup dan maju.
Perlu kalian ketahui bahwa hidup di dunia ini keras dan kejam. Karena kita hidup bersama dengan orang lain, kalian bisa melihat dan bertemu dengan siapa saja. Kalian bisa bertemu dengan orang baik dan bisa juga bertemu dengan orang jahat. Bagus kalau kita bertemu dengan orang yang baik, bagaimana kalau ternyata kita bertemu dengan orang jahat?
Menjalani hidup ini sangat sulit, orang jahat itu ada memang benar, tapi ada yang lebih parah lagi yaitu orang jahat berpura-pura baik. Serigala berbulu domba ini yang membuat kita sulit, apakah mau percaya atau tidak. Makanya, jangan jadi orang yang mudah percaya dengan seseorang. Mau itu orang yang baru dikenal atau orang yang sudah lama dikenal. Orang yang dikenal sejak lama, karena dia tahu kita luar dan dalam, bisa saja menusuk kita dari belakang.
Kita sering melihat ketidakadilan yang mana orang yang punya posisi, uang banyak, dan koneksi orang belakang, mendapatkan hak atau perlakuan istimewa. Sebagai orang biasa, jelas ini membuat kesal. Misalnya saja ketika melamar di sebuah perusahaan, kita yang repot harus membuat CV dan ikut interview, tidak terpilih karena ada karyawan lain yang ternyata memiliki hubungan dengan pemilik perusahaan.
Hak istimewa, perlakuan istimewa, atau yang dalam bahasa Inggrisnya adalah privilege, itu memang ada dan nyata. Tidak hanya ketika melamar kerja, tapi juga ketika bermasalah dengan hukum, privilege ini sedikit banyak bisa membantu seseorang untuk mendapatkan hukuman yang ringan atau bahkan lepas dari jerat hukum. Silahkan kesal pada orang-orang yang memiliki privilege dan menggunakannya sesuka mereka dan merugikan orang lain, tapi perlu diingat, apakah kalian juga ketika memiliki privilege akan melakukan hal yang sama dengan mereka atau tidak.
Menjadi orang yang optimis tidak selalu baik. Selama kita hidup bersama orang lain, ketika kita melakukan sesuatu dan melibatkan orang lain, akan ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Bisa itu terjadi hal yang baik atau bisa juga terjadi hal yang buruk. Biasanya untuk mencegah hal yang buruk terjadi, orang akan berdoa ke Yang Maha Kuasa, sesuai dengan agama dan kepercayaan yang mereka anut.
Dengan doa, dipercaya bahwa mereka Tuhan akan menjauhkan kita dari hal-hal yang buruk. Atau ketika kita melakukan atau merencanakan sesuatu, bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Tapi, yang orang sulit menerima adalah ketika sudah berdoa tapi doa mereka ternyata tidak terkabul. Orang yang berpikir positif akan mengira bahwa akan ada suatu hal yang lebih baik yang mungkin akan datang di hidup.
Di sisi lain, ada orang yang berpikiran bahwa doa ternyata tidak terlalu efektif. Dunia ini tidak berjalan seperti itu, tidak seperti yang kita doakan. Orang sering lupa kalau doa tanpa usaha adalah percuma. Sebagai contoh, kalian sekolah dan tidak lama lagi ada ujian. H-1 ujian, bukannya kalian belajar, kalian malah berdoa kalau ujian nanti bisa dapat nilai maksimal. Memangnya nanti lembar ujian mau kalian tulis apa? Kalau kalian tidak tulis apa-apa atau menulis jawaban salah, kan tidak mungkin kalian bisa dapat nilai maksimal.
Janganlah menggantungkan semuanya dengan berdoa pada Tuhan. Ingat kalau kalian juga harus melakukan sesuatu untuk bisa mencapai apa yang diinginkan. Setelah melakukan segala usaha yang kalian bisa, barulah kalian lengkapi dengan doa agar apa yang kalian lakukan memang berhasil.