Masih ada banyak mitos dan stigma salah mengenai pekerjaan dokter. Stigma dan mitos tersebut bukan cuma ketika orang tersebut bekerja sebagai dokter tapi sudah dimulai ketika mulai di universitas. Yang paling umum, banyak orang yang percaya bahwa jadi dokter itu enak karena pekerjaan yang bisa bikin cepat, padahal itu bukan hal yang benar. Masih ada banyak kok stigma dan mitos seputar profesi atau pekerjaan dokter bahkan sudah mulai sejak masih mahasiswa. Apa saja? Ini dia mitos dan stigma tersebut.
Untuk menjadi dokter tentunya harus menempuh pendidikan yang memang sudah ditetapkan. Dari SD-SMP-SMA lalu lanjut universitas. Di universitas, kalau mau jadi dokter harus memilih fakultas kedokteran. Setelah masuk fakultas kedokteran, menjalani semua pendidikannya, lulus, dan wisuda, baru kalian bisa menjadi dokter. Itu pun tidak langsung bekerja sebagai dokter, masih ada langkah dan persyaratan yang diperlukan untuk bisa bekera sebagai dokter.
Ada stigma yang berkembang di masyarakat bahwa semua orang yang masuk fakultas kedokteran maka akan lulus jadi dokter. Padahal tidak semua orang yang masuk kedokteran pasti akan lulus dan jadi dokter. Ada yang baru kuliah berapa lama, memilih untuk dan pindah jurusan. Ada juga yang lulus tapi tidak mau jadi dokter tapi memilih pekerjaan lain. Jadi, tidak melulu mereka yang kuliah di fakultas kedokteran sudah pasti lulusnya akan bekerja sebagai dokter.
Orang pintar memiliki daya tariknya sendiri. Selain menarik, orang pintar juga bisa membuat orang iri, iri untuk bisa memiliki kepintaran seperti mereka. Bisa dibayangkan saat di sekolah atau universitas, mendapat tugas bisa mengerjakannya dengan lancar. Saat ujian juga bisa mengerjakan dengan baik dan dapat nilai bagus. Apalagi orang yang pintar biasanya disukai oleh guru dan dosen. Dan, orang pintar kebanyakan masuk universitas terkenal dan mengambil mata kuliah yang dipercaya oleh banyak orang memiliki masa depan cerah. Misalnya mengambil fakultas kedokteran.
Apakah kalian pernah berpikir kalau mahasiswa yang masuk jurusan kedokteran itu pintar-pintar? Kalau iya, kalian tidak sendirian. Ada banyak orang yang menganggap bahwa mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah di jurusan kedokteran, semuanya memiliki kepintaran dan kecerdasan di atas rata-rata. Perlu kalian ketahui bahwa tidak semua mahasiswa jurusan kedokteran itu pintar. Semuanya masuk kategori cum laude, tidak seperti itu. Ada juga yang kepintarannya hanya di level biasa.
Ketika kita sakit dan sakitnya berlangsung lama, tentu kita akan pergi mencari dokter. Sesampainya di rumah sakit atau klinik, kita akan diperiksa oleh dokter dan diberi obat sesuai dengan penyakitnya apa. Memang tugas dokter adalah seperti itu, tapi jangan mengira bahwa dokter harus bisa menyembuhkan semua penyakit.
Dokter bukanlah tukang sulap, tidak semua penyakit pasti akan sembuh ketika berobat ke dokter. Ada juga penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Jika penyakitnya lebih rumit dan spesifik, maka kalian harus pergi mencari dokter spesialis. Tapi itu juga tidak menjamin kalau dokter spesialis bisa menyembuhkan penyakit yang kalian alami. Jika levelnya sudah terlalu parah, dokter pun akan mengalami kesulitan.
Ketika kalian tamat SMA dan ingin lanjut menimba ilmu di level yang lebih tinggi yaitu universitas, kalian bukan cuma dihadapkan dengan banyak universitas bagus tapi juga fakultas apa yang mau diambil. Biaya yang harus dikeluarkan untuk masuk universitas bisa berbeda antara satu universitas dengan universitas lain. Tidak hanya itu, biaya untuk masuk fakultasnya juga bisa berbeda lagi. Ada fakultas yang biaya masuknya murah, ada fakultas yang membutuhkan uang yang besar. Contohnya adalah kedokteran.
Kalau mau jadi dokter, harus memilih fakultas kedokteran. Bukan cuma tes masuk yang susah tapi juga biaya untuk kuliah kedokteran itu mahal. Ini sudah bukan hal baru lagi bagi mereka yang ingin jadi dokter. Mereka harus menyiapkan uang yang banyak kalau mau kuliah kedokteran. Tapi, ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa bagi mereka yang pintar tapi tidak mampu. Dan satu tips lagi untuk kalian yang mau masuk kedokteran. Pilihlah universitas yang memang sudah memiliki tempat praktek atau rumah sakit sendiri. Ini bisa membuat kalian sedikit lebih irit dalam merogoh kocek.
Ada sebuah mitos yang berkembang di masyarakat kalau bekerja sebagai dokter itu enak. Dokter itu kerjanya hanya pegang-pegang pasien, tulis resep, lalu dibayar mahal. Entah dari mana dan sejak kapan mitos ini bisa muncul. Mungkin ini kepercayaan orang pada belasan atau puluhan tahun lalu. Belasan atau puluhan tahun yang lalu, jumlah dokter itu masih sedikit. Sedangkan lowongan kerja jadi dokter masih ada banyak. Jadi, dokter bisa mendapatkan gaji yang tinggi.
Hal tersebut tidak berlaku lagi di zaman sekarang. Universitas yang menyediakan fakultas kedokteran sudah semakin banyak. Yang mau jadi dokter juga sangat banyak. Jadi, dokter yang dihasilkan juga semakin banyak. Jumlah dokter yang banyak belum tentu sebanding dengan lowongan kerja yang tersedia.
Apalagi yang baru lulus atau istilahnya fresh graduate. Masih harus melakukan banyak hal terlebih dahulu untuk benar-benar bisa bekerja sebagai dokter. Rumah sakit dan klinik akan lebih mendahulukan dokter yang memang sudah memiliki pengalaman ketimbang mereka yang baru lulus.
Setiap pekerjaan itu masih ada enak dan ada tidak enaknya. Itulah yang membuat setiap pekerjaan unik dan menantang. Bekerja sebagai dokter dianggap oleh banyak orang sangat enak. Gaji yang besar ada di bayangan kepala mereka. Hanya tinggal duduk, mendiagnosa apa penyakit pasien, lalu dibayar. Percayalah, ada orang yang meyakini dokter kerjana seenak itu. Dan, dipercaya juga kalau diagnosa dokter itu pasti benar.
Dokter dalam mendiagnosa apa penyakit pasien itu tidak selalu 100% tepat, pasti ada salahnya. Untuk mendiagnosa apa penyakit pasien, dokter harus bertanya dulu ke pasien mengenai gejala apa yang dirasakan. Kalau pasien tidak jujur dalam menyampaikan apa yang dirasa, hasil diagnosa bisa salah. Belum lagi kalau ada gejala yang kadang muncul, kadang hilang, ini semakin membuat dokter kesulitan untuk mendiagnosa apa penyakit yang diderita pasien. Makanya dokter selalu menganjurkan pasien untuk melakukan sejumlah tes.
Sayangnya, banyak pasien yang menganggap itu terlalu ribet, buang-buang waktu, dan uang. Padahal ini dilakukan dokter supaya bisa mendapatkan diagnosa yang akurat.
"Dokter pasti menikahnya dengan dokter juga", begitulah pikiran orang awam. Ini adalah salah satu mitos yang dipercaya banyak orang mengenai dokter dan perlu diluruskan. Masalah menikah atau tidak itu adalah pilihan dari dokternya sendiri. Ada dokter yang menikah dan ada juga yang memilih untuk jadi single. Masalah menikah dengan siapa, dokter tidak selalu menikah dengan dokter. Bisa juga menikah dengan orang lain yang tidak satu profesi.
Munculnya mitos dokter menikah dengan dokter mungkin disebabkan karena seseorang sering mendengar dan melihat adanya dokter yang menikah dokter. Jadi mereka beranggapan bahwa semua dokter pasti menikah dengan dokter. Tidak bisa memukul rata untuk semua dokter kalau dokter pasti menikah dengan sesama dokter. Ada juga dokter yang menikah dengan karyawan, pasien, atau siapa pun itu yang berbeda profesi. Tapi memang kemungkinan besar dokter menikah dengan sesama dokter karena dokter bekerja di rumah sakit dan klinik dalam jangka waktu yang lama, jadinya hanya ketemu dan berinteraksi dengan orang yang sama. Istilahnya cinlok atau cinta lokasi.
Bukan cuma dokter dianggap sebagai sosok yang pintar, tapi ada juga anggapan bahwa semakin tinggi pendidikan dokter, maka akan semakin luas atau banyak ilmunya. Anggapan ini bisa dibilang tidak tepat. Ketika seseorang kuliah jurusan kedokteran lalu dia memutuskan untuk melanjutkannya ke level yang lebih tinggi, maka yang dipelajari akan lebih spesifik.
Ketika seorang lulus kuliah S1, maka dia akan lulus dengan gelar Sarjana Kedokteran. Untuk memperoleh gelar profesi dokter harus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan dokter, maka ilmu yang dipelajari akan lebih spesifik. Kita akan menemukan perbedaannya di dunia nyata dengan melihat dokter umum dan dokter spesialis. Dokter spesialis adalah mereka yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke level yang lebih tinggi.
Ilmu yang dipelajari akan lebih dalam dan terfokus pada spesialisasi apa yang dipilih. Ada spesialis saraf, tulang, jantung, paru, dan lain sebagainya.
Ada orang yang kuliah di jurusan yang mereka suka dan bisa. Ada juga yang kuliah di jurusan yang tidak disuka tapi karena memiliki peluang kerja dan gaji yang tinggi, maka itu yang dipilih. Kedokteran menjadi salah satu fakultas atau jurusan yang cukup sering dipilih oleh banyak orang karena di bayangan mereka, dokter itu gajinya tinggi.
Gaji dokter tidak setinggi yang kalian kira. Lulus kuliah susah, perlu biaya banyak, setelah lulus pun belum langsung bisa buka praktek sebagai dokter. Ada serangkaian izin dan tes yang perlu dilakukan yang mana memerlukan uang yang tidak sedikit. Ketika sudah dapat izin untuk menjadi dokter pun, belum tentu ada lowongan kerja yang tersedia. Yang akan diprioritaskan adalah mereka para dokter yang sudah berpengalaman.
Bisa mendapatkan pekerjaan secara cepat pun juga belum tentu dapat gaji yang besar. Pokoknya kalau kalian mau jadi dokter, jangan berorientasi dokter bisa dapat gaji tinggi. Mimpi dan harapan yang terlalu tinggi bisa hancur seketika begitu kalian kenyataan yang ada.
Mengingat untuk menjadi dokter itu tidak mudah dan mahal membuat banyak orang beranggapan bahwa mereka yang memilih kuliah kedokteran adalah anak orang kaya. Kalau tidak banyak uang, bagaimana bisa membayar biaya kuliah dan semester yang begitu mahal. Orang-orang lupa kalau ada yang namanya beasiswa.
Bagi mereka yang tidak memiliki uang yang cukup tapi pintar dan mau jadi dokter, masih ada opsi untuk mengambil beasiswa. Dengan beasiswa, ini bisa membuka pintu kesempatan mereka yang tidak mampu tapi mau jadi dokter. Beasiswa ada yang diberikan oleh kampus dan ada juga yang diberikan oleh pemerintah yaitu LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).