Bukan cuma di Indonesia saja yang memiliki banyak kasus kriminal yang belum terselesaikan. Di sejumlah negara di dunia juga ada banyak kasus kriminal yang ditutup begitu saja karena kekurangan bukti dan pelaku kriminal yang tidak berhasil diidentifikasi dan ditangkap. Kasus-kasus tersebut tidak hanya menimpa orang biasa, bahkan ada juga menimpa orang terkenal. Serumit atau sekompleks apa sih kasus yang dihadapi polisi tersebut? Simak cerita lengkapnya berikut ini.
Kasus pertama dimulai dari Tupac Shakur. Bagi mereka yang tidak mengikuti dunia musik Amerika, Tupac Shakur adalah raper Amerika kulit hitam yang sangat terkenal di tahun 90an. Dia menjadi korban pembunuhan yang mana pelakukanya tidak diketahui siapa. Jika kalian kira kasus yang menimpa orang terkenal pasti akan diusut, ini tidak terjadi pada Tupac Shakur.
Tupac Shakur pernah ditembak sebelumnya pada 30 November 1994. Ia ditembak saat berada di studio rekaman di Manhattan. Ia berhasil selamat dari tembakan tersebut. Tupac menduga bahwa penembakan tersebut dilakukan oleh rapper lain yang merupakan saingannya yakni Sean Combs dan Notoriuous BIG. Tapi tuduhan tersebut tentu saja ditampik oleh Sean dan BIG.
Penembakan yang terjadi pad 7 September 1996 ini yang menjadi kedua sekaligus menewaskan Tupac. Tupac tewas ketika ia sedang berada dalam mobil setelah menonton pertandingan tinju. Saat berhenti, ada sebuah mobil Cadillac warna putih yang berhenti sebelah mobil Tupac kemudian menurunkan kaca dan menembak ke arah mobil Tupac.
Tupac lalu segera dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat. Tupac meninggal dunia 6 hari kemudian setelah mengalami pendarahan. Dugaan orang banyak, penembakan ini dilakukan oleh Sean dan Big. Tapi beberapa bulan setelah penembakan yang menewaskan Tupac, Notorious BIG pun juga meninggal dunia karena ditembak. Polisi menduga bahwa penembakan ini dilakukan karena gesekan antar geng. Orang kulit hitam di Amerika pada masa itu memang memiliki kaitan pada sejumlah geng.
Sebuah kasus pembunuhan yang tidak mungkin tidak pernah kalian dengar. Kasus ini begitu menggemparkan Inggris pada masanya. Dari kasus ini juga dibuatkan film, serial, dan anime. Kasus yang dimaksud adalah Jack the Ripper. Pembunuh sadis yang beraksi di tahun 1800an, Inggris. Yang menjadi korban semuanya adalah wanita yang bekerja sebagai prostitusi.
Pada tahun 1888, antara tanggal 7 Agustus dan 10 November, terdapat 5 wanita yang ditemukan tewas di Whitechapel district, London. Semuanya ditemukan luka sayatan di tenggorokan dan sejumlah anggota tubuh dimutilasi. Semua lukanya sangat rapih dan beberapa organ dalam tubuh tidak ditemukan. Ini mengindikasikan bahwa pelaku pembunuhan satu orang dan ahli dalam hal bedah-membedah.
Pembunuh berantai ini dinamakan Jack the Ripper dan aksinya menjadi fenomena yang sangat menakutkan pada saat itu. Sejumlah orang memang dicurigai sebagai Jack the Ripper, tapi karena kuranngya bukti, polisi tidak bisa menemukan siapa identitas asli dari Jack the Ripper. Kasus tersebut ditutup begitu saja hingga sekarang. Kasus tersebut sekaligus membuat malu kepolisian London.
Di saat smartphone masih tidak ada, tidak ada internet, dan sosial media, anak-anak yang tumbuh di zaman tersebut pastinya sering dilarang oleh orang tuanya untuk jangan keluar sendiri apalagi di malam hari. Takutnya nanti terjadi suatu hal yang buruk dan sulit untuk meminta bantuan. Sebuah kasus yang melibatkan bocah laki-laki hilang dan ditemukan meninggal dunia dalam keadaan mengenaskan. Kasus ini terjadi di tahun 1957 di Philadelphia.
Penemuan mayat anak laki-laki ini sebenarnya ditemukan pertama kali oleh seorang pemburu. Pemburu ini menemukan mayat tersebut di sebuah kotak. Anak laki-laki tersebut ditemukan dalam kondisi tidak berpakaian dan hanya diselimuti kain flannel. Karena takut akan dijadikan tersangka, pemburu tersebut tidak melaporkan penemuan mayat tersebut. Sekitar 2 hari kemudian, seorang pelajar yang menemukan mayat anak laki-laki tersebut dan melaporkannya ke polisi.
Polisi yang melakukan investigasi terkait penemuan mayat ini, tidak berhasil menemukan identitas dari mayat laki-laki. Polisi menggunakan kata "America Unknown Child" sebagai nama kasus ini. Kasus ini jelas langsung menjadi perhatian media. Baik polisi dan media ikut serta dalam menggali informasi terkait bocah laki-laki ini di Pennsylvania.
Salah satu pemeriksa media yang menyelediki mayat anak laki-laki misterius ini mendapatkan bantuan dari paranormal yang mana paranormal tersebut membawanya ke sebuah panti asuhan. Ia menemukan sebuah keranjang bayi yang mirip dengan yang dijual di dalam kotak. Tergantung pula di tali jemuran, sebuah selimut yang mirip dengan kain yang membungkus mayat bocah laki-laki. Ahli medis ini percaya kalau ibu dari mayat laki-laki tersebut adalah anak perempuan tiri dari pria yang mengelola panti asuhan tersebut. Setelah diinterogasi oleh polisi, kasus tersebut lalu ditutup.
Pada tahun 2003, kasus kembali dibuka setelah sebuah interview yang dilakukan terhadap seorang wanita dengan inisial "M" yang mengklaim bahwa ibunya yang membeli anak laki-laki tersebut di tahun 1954. Karena sikap yang kasar, ibunya membunuh anak laki-laki tersebut. Karena "M" ini dianggap memiliki gangguan kesehatan, investigasi kembali ditutup dan kasus tersebut tetap menjadi misteri.
Di Indonesia, masuk ke dalam rumah seseorang tanpa izin sudah termasuk pelanggaran dan pelakunya dapat dipolisikan. Di luar negeri pun juga sama, masuk dalam area pribadi seseorang bisa membuat kamu ditahan oleh polisi. Jika dibandingkan dengan kasus lain, kasus berikut ini mungkin paling ringan karena tidak ada korban jiwa, tapi yang menjadi korbannya dipastikan akan merasakan perasaan merinding yang akan menetap di otak dalam jangka waktu yang lama.
Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil bernama Cape Elizabeth, Maine pada tahun 2005. Warga kota Cape Elizabeth yang lupa mengunci pintu rumah, maka mereka akan didatangi oleh sosok pria yang menatap mereka dari pintu. Karena aksi ini dilakukan pada malam hari, yang rumahnya dimasuki oleh sosok yang diduga pria ini, tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang tersebut sebenarnya. Sebelum melakukan reaksi, sosok misterius tersebut langsung kabur.
Kejadian ini terjadi berkali, dan anehnya, tidak ada orang yang dilukai atau barang hilang ketika sosok misterius ini datang. Seolah-olah, pria misterius ini datang hanya untuk memberikan rasa takut pada pemilik rumah. Tidak jelas identitas pria misterius ini sehingga polisi kesulitan untuk menangkap si pengganggu. Setelah beraksi di bulan Agustus, Desember, dan Februari, tidak muncul lagi kasus penyusup ini.
Biasanya jika terjadi kasus pembunuhan akan diberitakan di berbagai macam media baik itu surat kabar, radio, dan televisi. Tapi ada kasus pembunuhan yang sangat sadis yang dianggap tak layak untuk ditayangkan di televisi. Kasus ini terjadi di kota Illinois di tahun 1987, menimpa keluarga Dardeen dan kasusnya dinamakan The Dardeen Family Murders.
Keluarga Dardeen dibantai secara sadis di rumahnya. Penemuan mayat keluarga Dardeen terjadi pada tanggal 18 November 1987. Polisi sebenarnya mencari keberadaan Russel Keith Dardeen, 29 tahun, yang tidak bekerja dalam jangka waktu lama di Rend Lake Water Conservancy District. Keith yang merupakan karyawan rajin, tidak masuk dalam jangka waktu yang lama tanpa kabar, memunculkan kecurigaan banyak orang, termasuk rekan kerjanya. Ketika meminta bantuan polisi untuk mencari keberadaan Keith, polisi yang mencari ke rumah Keith malah menemukan pemandangan yang mengerikan.
Ketika mendatangi rumah Keith, polisi menemukan mayat dari istri dan anak Keith. Elaine Dardeen dan anak laki-lakinya tewas karena dipukul menggunakan pemukul baseball. Elaine yang saat itu sedang hamil, karena dipukuli tersebut mengakibatkan ia melahirkan bayinya. Bayi yang baru lahir itu juga dipukuli sampai mati oleh pelaku. Elaine, bayi yang baru lahir, dan anak laki-laki, ketiganya diikat dan diletakan di tempat tidur. Polisi menduga bahwa yang melakukan aksi kejam ini adalah Keith.
Dugaan Keith sebagai pelaku pembunuhan ternyata dipatahkan. Polisi menemukan Keith beberapa hari kemudian di sebuah lapangan dalam kondisi tak bernyawa. Ditemukan luka tembak sebanyak 3 kali dan penisnya dipotong. Mobil Keith ditemukan terparkir di kantor polisi dekat kota Benton, itu berjarak sekitar 11 mile dari rumah Dardeen.
Kasus pembunuhan ini jelas membawa ketakutan bagi penduduk Illinois. Ternyata, Dardeen bukanlah korban pertama yang tewas secara mengerikan. Dua tahun sebelumnya ternyata terjadi 15 kasus pembunuhan, termasuk salah satunya adalah seorang remaja yang tinggal di Mount Vernon, membunuh kedua orang tua dan 3 saudara kandungnya.
Tidak ada koneksi yang ditemukan antara korban, membuat polisi kebingungan dalam mengungkap kasus ini. Ketakutan ini yang membuat penduduk lokal mempersenjatai mereka dengan shotgun untuk berjaga-jaga. Mereka sangat takut sehingga ketika ada orang asing yang mengetuk rumah mereka untuk meminta sesuatu, tidak mereka tanggapi.
Tidak sampai tahun 2000, polisi menangkap pembunuh berantai bernama Tommy Lynn Sells. Tommy ditangkap atas aksinya memotong leher 2 perempuan sampai tewas di Del Rio, Texas. Tommy mengaku bahwa ia sudah membunuh banyak orang, termasuk The Dardeen Family. Joeann Dardeen, salah satu keluarga dari The Dardeen Family, awalnya yakin bahwa Tommy adalah pembunuh Keith dan keluarga. Namun keyakinan tersebut makin lama semakin pudar sampai akhirnya Tommy dieksekusi mati di tahun 2004.
Joeann mengatakan bahwa Tommy layak mati atas tindakannya, tapi ia juga ingin Tommy tetap hidup sampai ia benar-benar yakin kalau bukan Tommy pelakunya. Meski Tommy mengaku bahwa telah membunuh lebih dari 70 orang, setelah dieksekusi, pihak berwenang mengatakan bahwa korban Tommy sebanyak 22 orang. Dan dari sekian banyak orang yang dibunuh Tommy, The Dardeen Family tidak termasuk di dalamnya. Ini membuat kasus pembunuhan Keluarga Dardeen masih belum terpecahkan.
Kasus berikut ini terjadi di Jepang yang mana banyak orang mengira bahwa Jepang adalah negara yang aman dan minim angka kriminalitas. Sebuah kasus yang dinamakan The Glico-Morinaga Case. Kasus ini begitu rumit dan membingungkan polisi, mirip seperti kasus kriminal yang ada di film atau serial kriminal.
Kasus pertama terjadi menimpa seorang pengusaha makanan bernama Ezaki Glico. Perusahaan Ezaki adalah perusahaan pembuat makanan ringan, Pocky. Di tahun 1984, 2 orang bersenjatakan senjata api mendatangi rumah ibu Ezaki Glico, Katsuhisa Ezaki. Dua pria bersenjata ini mengikat Katsuhisa dan mengambil kunci rumah dari Ezaki Glico dari nya. Mereka lalu mendatangi rumah Ezaki Glico dan menyandera istri, anak, serta Ezaki.
Ezaki berusaha melakukan negosiasi pada 2 orang tersebut agar melepaskan dia dan keluarganya dan akan memberikan mereka uang. Tapi, tawaran tersebut ditolak. Dua orang tersebut memiliki rencana lain untuk Ezaki. Dua orang tersebut membawa Ezaki dan menyanderanya di sebuah gudang. Mereka meminta Ezaki untuk memberikan uang sebesar 1 miliar Yen dan 100 kg emas. Entah bagaimana caranya, Ezaki berhasil kabur dari gudang tempat ia ditahan dan tebusan tidak jadi diberikan.
Seminggu kemudian, sebuah ledakan terjadi di parkiran perusahaan Ezaki Glico dengan menggunakan sebuah kendaraan yang diparkir di parkiran tersebut. Kemudian, ditemukan sebuah kontainer di daerah Ibaraki yang berisikan cairan hydrochloric acid dan surat berisi ancaman untuk Ezaki. Surat tersebut dibuat oleh seseorang atau grup yang menamakan mereka sebagai The Monster with 21 Faces. Surat ancaman tersebut berisikan bahwa produk dari Ezaki Glico diklaim telah dicampur dengan zat berbahaya, potassium cyanide soda. Ini memaksa Ezaki untuk menarik semua produknya dari pasaran dan mengakibatkan kerugian sebesar 21 juta Yen dan memaksa memberhentikan ratusan pegaiwainya.
Puas melakukan aksinya, The Monster with 21 Faces beralih pada perusahaan makanan lain yakni Marudai Ham. Kali ini, The Monster with 21 Faces meminta uang tebusan yang harus diletakkan di sebuah kereta. Polisi menyamar sebagai karyawan Marudai Ham dan berhasil mengidentifikasi terduga pelaku. Ciri-ciri pelaku memiliki fisik yang tegap, rambut pendek, dan mata seperti rubah. Ia mendapat julukan Fox-Eyed Man. Berusaha untuk mengikuti pelaku secara diam-diam, polisi justru kehilangan jejaknya. Di pengejaran lainnya pun lagi-lagi polisi gagal mengikuti Fox-Eyed Man.
Ini membuat kepala polisi Shiga Prefecture, Yamamoto, bunuh diri karena merasa malu dan gagal dalam menangkap Fox-Eyed Man. Lima hari setelah kematian Yamamoto, The Monster with 21 Faces mengirimkan pesan ke media yang mengatakan bahwa bukan Yamamoto yang seharusnya mati bunuh diri melainkan orang lain.
Selain mengucapkan ungkapan turut berduka, The Monster with 21 Faces mengatakan bahwa mereka akan berhenti untuk mempermalukan perusahaan pembuat makanan. Jika ada yang melakukan aksi blackmail, itu bukanlah mereka melainkan peniru. Setelah mengirimkan surat tersebut, The Monster with 21 Faces benar-benar menghilang.
Tinggal di kota yang kecil dan miskin memaksa banyak orang harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. Di kota Juarez, kota yang berbatasan dengan Mexico ini menjadi kota dimana ratusan wanita menjadi korban perkosaan, disiksa, dan dibunuh selama bertahun-tahun. Wanita yang menjadi korban kekerasan dan pembunuhan ini kebanyak bekerja di sejumlah perusahaan.
Karena di area tersebut menjadi area penjualan narkoba, tidak jarang terjadi perang antar geng untuk menjadi geng terkuat dan paling berkuasa. Pemerintah yang korup juga menjadi alasan kenapa angka kriminalitas di Juarez sangat tinggi. Sebanyak 350 wanita menjadi korban antara tahun 1993 dan 2005. Tingginya korban jiwa menjadi perhatian internasional.
Setelah melakukan investigasi, komite pemerintah menemukan bahwa banyak wanita yang menjadi korban jiwa diakibatkan karena perampokan dan peperangan antar geng. Meski sudah banyak korban jiwa berjatuhan, tetap saja pemerintah tak sanggup untuk memberantas geng-geng tersebut beserta jaringan narkobanya.
Tupac bukanlah satu-satunya kasus pembunuhan yang terjadi menimpa orang terkenal. Sebelumnya juga sudah terjadi kasus pembunuh yang menimpa sosok artis Amerika terkenal bernama Elizabeth Short. Bisa dibilang bahwa kasus yang menimpa Elizabeth Short ini jauh lebih sadis dari yang dialami Tupac meski sama-sama berakhir tidak jelas siapa pelakunya.
The Black Dahlia, begitulah orang menjuluki kasus ini. Elizabeth Short adalah aktris muda Amerika yang ditemukan tak bernyawa pada 15 Januari 1947. Dia tewas di usia yang muda yaitu 22 tahun. Mayat Elizabeth Short ditemukan di Norton Avenue antara 39th dan Coliseum street di Los Angeles. Ketika ditemukan, tubuh Elizabeth Short ditemukan dalam kondisi sudah terpotong menjadi 2 bagian dengan darah yang sangat banyak. Mulutnya terdapat luka sayatan di kedua sisi bibir sepanjang 3 inci. Jika kalian mau membayangkan seperti apa lukanya, lukanya kurang lebih mirip seperti luka di mulut Joker, karakter super villain, musuh bebuyutan dari Batman.
Polisi yang melakukan investigasi mengenai kasus ini, mengalami kebuntuan karena kurangnya bukti. Meski beberapa orang mengaku sebagai pembunuh, tidak adanya bukti yang memperkuat membuat polisi tidak bisa menahan sembarangan orang. Semasa hidup, Elizabeth Short berteman dengan banyak pria yang ditemui di club jazz. Ini membuat polisi semakin sulit mencari siapa pembunuh Elizabeth. Yang paling dicurigai sebagai pembunuh adalah sang ayah yang merupakan seorang dokter. Potongan yang rapih membuat polisi curiga bahwa ini dilakukan oleh ayah Elizabeth sendiri. Lagi-lagi, karena kurangnya bukti, polisi tidak bisa menahan ayah Elizabeth.
Ketika kasus pembunuhan tidak berhasil diselesaikan oleh polisi, bisa jadi pelaku pembunuhan merasa senang karena aksinya berhasil dan tidak ketahuan. Mungkin ini yang dirasakan oleh pembunuh yang identitasnya masih belum diketahui yang mana kasusnya dinamakan The Taman Shud Case atau The Somerton Man.
Tepat pada 1 Desember 1948 1948, seorang pria ditemukan tak bernyawa di Somerton Beach di Adelaide, Australia. Mayat tersebut ditemukan dalam kondisi sempurna yang maksudnya tidak ditemukan luka di tubuhnya. Pakaiannya masih lengkap meski labelnya yang hilang. Di sakunya ditemukan sebuah tiket kereta menuju Henley Beach yang belum pernah dipakai.
Dari hasil autopsi, diperkirakan pria ini mati karena keracunan. Sekitar satu bulan setelah ditemukannya mayat, ditemukan sebuah koper yang diduga adalah milik korban. Koper tersebut ditemukan di Adelaide Railroad Station. Pakaian yang terdapat dalam koper masih dalam kondisi bagus hanya saja labelnya yang lagi-lagi ditemukan menghilang.
Bagian paling membingungkan adalah ketika polisi menemukan kertas di saku celananya yang bertuliskan "Taman Shud". Taman Shud adalah bahasa Persia yang berarti "over" atau "finished". Polisi menduga bahwa kalimat tersebut adalah bagian dari puisi yang berjudul The Rubaiyat of Omar Khayyam. Seorang pria lalu melapor pada polisi dan mengklaim bahwa ia nemenukan sebuah buku yang sedang dicari oleh polisi. Buku tersebut ditemukan di bangku belakang mobilnya sekitar satu atau dua minggu sebelum mayat ditemukan.
Di bagian belakang buku terdapat kode yang ditulis dengan pensil. Kode tersebut ternyata sebuah nomor telepon yang ketika dicoba dihubungi, tersambung ke seorang suster. Diinterogasi, suster tersebut mengatakan bahwa dia memberikan copy dari Rubaiyat ke seorang tentara bernama Alfred Boxall. Baik pria yang menemukan buku dan si suster, keduanya mengatakan bahwa tidak mengenal mayat pria tersebut. Banyak teori yang berkembang mengatakan bahwa pria yang dibunuh itu adalah seorang mata-mata. Tapi pembunuh sebenarnya tidak pernah teridentifikasi.
Sebuah nama yang pastinya bisa membuat orang San Francisco takut sekaligus penasaran adalah Zodiac. Zodiac adalah alias atau nama samaran dari seseorang yang entah siapa, yang melakukan pembunuh tidak hanya sekali melainkan berkali-kali. Kasus pembunuhan yang dilakukan The Zodiac ini terjadi sudah sejak lama tapi sampai sekarang masih tidak ada perkembangan.
The Zodiac melakukan teror di kota San Francisco pada tahun 1968 sampai 1969. Korban pertamanya adalah sepasang kekasih bernama Betty Lou Jensen dan David Arthur Faraday. Masing-masing meninggal dengan cara ditembak. Jensen ditembak 5 kali di punggung sedangkan Faraday ditembak sekali di bagian kepala.
Satu setengah tahun kemudian, The Zodiac kembali beraksi. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah sepasang pria dan wanita. Oleh The Zodiac, si wanita ditembak dan mati sedangkan pria yang selamat bernama Michael Mageau berhasil hidup dan memberikan keterangan pada pihak berwajib. Ia menjelaskan ciri-ciri dari The Zodiac yaitu pria mengenakan jubah dan topeng serba putih setinggi 5'8".
Di setiap korban ya dibunuh, The Zodiac selalu memberikan kode yang diduga renana pembunuhan berikutnya. Polisi mengalami kesulitan dalam memecahkan kode dari The Zodiac. Total korban dari The Zodiac diperkirakan mencapai 37 orang. Tidak hanya gagal memecahkan kode, gagal menyelamatkan korban, polisi juga gagal dalam mengungkap identitas dari pembunuh misterius ini.