Di semua olahraga, sikap sportif harus dijunjung tinggi. Sepakbola pun juga berlaku hal yang sama, makanya sering kita lihat banner besar bertuliskan fair play. Tidak hanya di pinggir lapangan tapi ada juga penonton yang membawa banner bertuliskan fair play. Mau itu pertandingan melawan rival, tetap sportivitas dan fair play harus menjadi prioritas. Momen sportif seperti apa yang bisa ditunjukkan oleh pemain sepakbola? Berikut contoh momen sportif yang pernah terjadi dalam olahraga sepakbola.
Masing-masing negara memiliki liga sepakbolanya sendiri-sendiri, Ukraina pun juga demikian. Liga sepakbola di Ukraina disebut dengan Ukrainian Premier League. Tahun 2014 menjadi tahun terakhir bagi kapten tim Dynamo Kiev yaitu Oleg Gusev. Momen tidak menyenangkan terjadi menimpa Oleg Gusev saat Dynamo Kiev bertemu dengan Dnipro.
Dynamo Kiev mendapat kesempatan tendangan bebas yang diarahkan ke arah gawang Dnipro. Oleg Gusev yang siap menyambut bola malah berbenturan dengan kiper Denys Boyko dan jatuh pingsan. Melihat ada Oleg Gusev pingsan, pemain Dnipro bernama Jaba Kankava langsung berlari mengecek Oleg Gusev. Jaba Kankava mencoba membuka mulut Oleg Gusev untuk mengantisipasi lidah Gusev tertelan. Tindakan cepat dari Jaba Kankava berhasil menyelamatkan nyawa Oleg Gusev.
Tidak hanya sebagai kapten, Carles Puyol adalah pemain bek hebat sekaligus legenda Barcelona. Ia tumbuh dan berkembang dari akademi Barcelona. Perlahan-lahan ia mengalami peningkatan mulai dari bermain untuk Barcelona C, Barcelona B, lalu Barcelona. Ia berkostum Barcelona sudah sejak 1996 sampai 2014. Ia adalah salah satu pemain yang tidak hanya disegani oleh rekan satu tim tapi juga lawan.
Tindakan sportif dan fair play yang dilakukan oleh Puyol ada banyak. Salah satunya adalah ia lakukan saat Barcelona bertemu dengan Mallorca di tahun 2005. Kedudukan saat itu 2-0 untuk Barcelona dan pemain Mallorca bernama Sergio Ballesteros melakukan pelanggaran keras pada pemain Barcelona, Mark van Bommel yang membuatnya mendapatkan kartu merah dari wasit.
Ketika Puyol berniat menurunkan tensi antara kedua tim, Ballesteros menampar wajah Puyol sembari berjalan ke luar lapangan. Ronaldinho yang melihat temannya ditampar, mau menghampiri Ballesteros dan menegurnya. Tapi tindakan Ronaldinho dihadang oleh Puyol. Puyol membiarkan tindakan Ballesteros dan mendorong jauh Ronaldinho darinya agar tidak terjadi konflik yang lebih panas.
Momen Christian Eriksen pingsan karena cardiac arrest pada saat Denmark melawan Finlandia di Euro League tahun 2021 masih teringat dengan kuat di ingatan para penonton yang hadir di lapangan dan yang menonton di televisi. Ketika Eriksen pingsan, dengan cepat pemain lain memanggil wasit dan tim medis untuk menyelamatkan Eriksen. Tindakan super cepat dan sportif dari tim Finlandia yang membuat pagar betis untuk menutup Eriksen agar tidak disorot oleh kamera benar-benar diacungi jempol.
Momen itu pula yang mengingatkan dengan kejadian serupa yang terjadi pada Fabrice Muamba. Fabrice Muamba yang saat itu membela Bolton Wanderers, melawan Tottenham Hotspurs di ajang FA Cup pada 17 Maret 2012. Fabrice Muamba juga tumbang karena mengalami cardiac arrest. Pingsan selama 78 menit, para suporter da pemain Tottenham Hotspurs berdoa bersama-sama dan memberikan dukungan pada Fabrice Muamba. Beruntunglah Fabrice Muamba bisa diselematkan.
Dunia sudah tahu betapa panasnya rivalitas antara Real Madrid dan Barcelona. Momen dipertemukannya kedua club raksasa di Spanyol ini disebut dengan istilah ElClasico. Setiap kedua club ini bertemu sudah pasti akan keras, banyak terjadi pelanggaran, ribut, dan hujan kartu. Tapi ada satu momen yang menyatukan kedua club ini beserta fansnya yang fanatik.
Eric Abidal yang merupakan salah satu pemain Barcelona saat itu sedang mengalami tumor di hatinya. Ia diharuskan untuk menjalani operasi transplantasi hati untuk bisa bertahan hidup. Tiba saat kedua tim dipertemukan, pemain Real Madrid kompak mengenakan seragam putih bertuliskan support pada untuk Eric Abidal. Pada momen ini para pemain dan fans Real Madrid bisa menyingkirkan ego mereka untuk menunjukkan solidaritas pada Abidal yang adalah pemain Barcelona.
Ketika club yang dibela oleh seorang pemain sepakbola sedang terancam degradasi, ada kecenderungan pemain akan melakukan apa saja untuk bisa memperoleh kemenangna. Tujuannya sudah tentu agar keluar dari jurang degradasi. Tapi ini tidak berlaku untuk Amin Motevaselzadeh. Meski tim yang ia bela sedang berada dalam jurang degradasi, ia tetap bisa berlaku sportif pada lawannya.
Tiba pada pertandingan Moghamvemat melawan Steel Azin, club yang dibela oleh Amin Motevaselzadeh yaitu Moghamvemat sedang tertinggal 2-1 dari Steel Azin. Ada momen saat penjaga gawang Steel Azin ingin membuang bola dengan keluar dari area gawang. Tidak berhasil membuang bola dengan baik dan malah membuatnya cidera.
Bola tersebut malah mendarat di kaki Amin Motevaselzadeh. Amin Motevaselzadeh sebenarnya punya kesempatan besar untuk mencetak goal karena penjaga gawang tumbang karena cidera. Namun ia dirinya malah membuang bola ke pinggir lapangan agar penjaga gawang Steel Azin bisa mendapatkan perawatan. Tindakannya tersebut mendapat tepuk tangan dari banyak penonton meski club yang ia bela harus degradasi.
Menjadi mimpi besar bagi Jan Vertonghen untuk bisa masuk menjadi tim inti dari timnya yang dibela saat itu yakni Ajax Amsterdam. Jan Vertonghen membela Ajax dari tahun 2006 sampai 2012. Saat bermain di Ajx, Jan Vertonghen menempati posisi sebagai bek tengah dan usianya saat itu masih terbilang muda yaitu 19 tahun.
Tak hanya memiliki potensi yang besar, ternyata Jan Vertonghen juga memiliki jiwa sporitivitas yang tinggi. Saat Ajax bertemu dengan SC Cambuur, pemain asal Belgia ini sudah berniat untuk memberikan bola pada pemain lawan karena ada rekan setimnya yang mengalami cidera. Jan Vertonghen menendang bola melambung tinggi yang ternyata malah masuk ke gawang SC Cambuur.
Wasit memutuskan bahwa goal tersebut sah dan sempat terjadi protes dari sejumlah pemain SC Cambuur. Lalu Jan Vertonghen meminta pada rekan-rekannya untuk membiarkan pemain SC Cambuur mencetak goal tanpa dihalangi agar skor bisa menjadi imbang 1-1.
Kedatangan Arsene Wenger ke London untuk menjadi manager Arsenal benar-benar pilihan yang tepat. Pria asal Perancis ini berhasil menyulap Arsenal menjadi club papan atas di Inggris pada masanya. Ia menjabat sebagai manager Arsenal dari tahun 1996 dan selesai di tahun 2018. Menjadi manager Arsenal dalam waktu yang cukup lama tentu ada banyak momen yang tak akan dilupakan oleh Arsene Wenger.
Salah satunya adalah pada saat Arsenal bertemu dengan Sheffield United di ajang FA Cup. Pertandingan tersebut menjadi momen pengenalan pemain baru Arsenal, Nwankwo Kanu. Ketika skor menunjukkan 1-1, pemain Sheffield United menenang bola ke luar lapangan karena ada pemain yang cidera. Nwankwo Kanu yang tidak memahami apa itu fair play dan sportivitas, menyambar bola tersebut, menggiringnya, dan mengopernya pada Ray Parlour yang kemudian ditendang masuk ke gawang Sheffield United dan menjadi goal.
Kejadian tersebut tak hanya membuat pemain Sheffield United protes ke wasit tapi juga manager Arsenal, Arsene Wenger ikut memprotes goal yang dibuat oleh pemainnya sendiri. Wenger meminta pada wasit untuk melakukan review dan membatalkan goal tersebut.
Champions League menjadi ajang dipertemukannya club papan atas dari masing-masing liga di dunia. Club-club ini bertanding dan membuktikan siapa yang menjadi club paling hebat di dunia. Tahun 2001 menjadi tahun dipertemukannya dua tim papan atas, Bayern Munich dari Jerman melawan Valencia dari Spanyol.
Pertandingan yang berlangsung sangat seru sehingga harus dilanjutkan ke adu penalti. Kiper Bayern Munich, Oliver Kahn berhasil tampil apik menyelematkan tendangan penalti dari pemain Valencia. Ini membuat Bayern Munich berhasil keluar sebagai juara atas Valencia. Di sisi Valencia, Santiago Canizares tertunduk menangis atas kekalahan tersebut.
Bukannya merayakan kemenangan bersama rekan tim yang lain, Oliver Kahn justru mendatangi Canizares dan menghiburnya. Atas tindakannya tersebut, Oliver Kahn diberikan penghargaan Fair Play award dari FIFA.
Sekarang Miroslac Klose memang sudah berganti profesi sebagai manager sepakbola. Tapi saat masih aktif sebagai pemain sepakbola, ia adalah sosok striker yang menakutkan. Ia tinggi dan sangat berbahaya jika berada di dalam kotak penalti. Ia pernah membela sejumlah klub besar seperti Werder Bremen, Bayern Munich, dan Lazio.
Pemain yang tidak aneh-aneh, Miroslav Klose pernah menunjukkan aksi sportif ketika ia sedang membela Lazio. Momen tersebut terjadi di tahun 2012 pada saat Lazio melawan Napoli. Saat itu, Klose secara tidak sengaja memasukkan bola ke gawang Napoli menggunakan tangan. Wasit yang tidak melihat dengan jelas, menyatakan goal tersebut sah. Namun Klose menghampiri wasit dan mengaku bahwa ia mencetak goal dengan menggunakan tangannya. Lalu goal tersebut dianulir oleh wasit.
Tidak banyak pemain Italia yang berhasill sukses bermain di Premier League. Paolo Di Canio merasakan hal tersebut ketika ia bermain untuk West Ham United. Striker asal Italia ini membela West Ham United untuk musim 1999 sampai 2003. Di klub tersebut ia bermain sebanyak 118 pertandingan dan mencetak 47 goal.
Salah satu momen paling bersejarah yang mungkin tidak akan dilupakan oleh banyak orang pada saat itu ialah ketika Paolo Di Canio memutuskan untuk mengambil bola agar pertandingan terhenti karena ada pemain lawan yang cidera. Momen fiar play tersebut ditunjukkan Paolo Di Canio kala West Ham United bertemu dengan Everton.
Penjaga gawang Everton yaitu Paul Gerrard mendadak terjatuh dan mengerang kesakitan karena cidera. Meninggalkan gawang yang kosong, bola yang terbang melambung ke arah Di Canio, ditangkap olehnya dan meminta wasit untuk menghentikan pertandingan. Pertandingan pun dihentikan agar Paul Gerrard bisa mendapatkan perawatan oleh tim medis.