Memiliki bentuk yang sama membuat orang takut dengan hewan ketonggeng. Ketonggeng atau ketungging, memiliki banyak nama antara lain vinegaroon, whip scorpion, kalajengking ekor cambuk, atau thelyphonida. Memang benar bahwa hewan berbuku-buku ini memiliki bentuk mirip kalajengking dengan 2 capit di depan dan ekor seperti jarum. Tapi hewan ini bukanlah kalajengking, hanya saja memang ada relasi antara keduanya. Berbeda dengan kalajengking yang memiliki ekor untuk menyengat, ketonggeng ekornya lebih mirip seperti cambuk dan tidak berbisa. Salah satu ciri khas dari ketonggeng adalah baunya yang asam. Ada banyak fakta menarik yang bisa digali dari hewan satu ini.
Ada banyak orang yang mengira bahwa ketonggeng termasuk dalam salah satu jenis dari kalajengking. Kalau melihat bentuknya yang memiliki 2 capit dan ekor yang seperti duri, tak heran orang langsung teringat dengan kalajengking. Maka dari itu juga ia mendapatkan nama kalajengking ekor cambuk.
Meski berada dalam phylum yang sama yakni Arthropoda, baik itu ketonggeng dan kalajengking adalah 2 hewan yang berbeda. Kalajengking memiliki ekor yang beracun, sedangkan ketonggeng tidak. Ekornya hanya berfungsi sebagai cambuk saja dan sama sekali tidak berbisa. Hanya saja ketonggeng memiliki bau menyengat yang sangat tidak nyaman di hidung.
Tidur malam kamu terganggu dengan nyamuk? Kalau itu sih masih mending. Kamu baru tidak ingin tidur ketika melihat kehadiran whip tail scorpion atau ketonggeng. Mungkin awalnya kamu tidak melihat hewan Arhtropoda ini, tapi ada bau asam yang cukup kuat mengganggu penciuman kamu. Kamu harus khawatir karena itu bukan bau cuka tapi karena ada ketonggeng di dekat kamu.
Hewan yang memiliki bentuk mirip kalajengking ini memiliki jam aktivitas di malam hari. Tentu akan membuat siapa saja jadi males tidur kalau harus mendapatkan gangguan dari ketonggeng. Memang sih hewan ini tidak beracun, tapi bau asam yang mereka keluarkan bisa membuat kamu sulit tidur. Dan apabila merasa terdesak, ketonggeng bisa melawan dengan menggunakan capitnya.
Memiliki fisik yang mirip dengan kalajengking hanya berbeda di poin racun. Kalajengking beracun sedangkan ketonggeng tidak. Tapi baik ketonggeng dan kalajengking dipersenjatai dengan 2 capit yang cukup besar. Capit ini digunakan oleh ketonggeng untuk menaklukan mangsanya. Karena tidak memiliki gigi, ketonggeng akan mengeluarkan cairan yang berfungsi untuk menghancurkan tubuh mangsanya baru dimakan.
Meski tidak beracun bukan berarti hewan ini tidak bisa menyakiti kita manusia. Ingat, capit yang dimiliki oleh ketonggeng ini meski kecil tapi kuat. Cukup kuat untuk menjepit bagian tubuh kalian dan membuat luka. Jadi lebih baik kalian tidak menganggap remeh hewan ini. Melakukan gerakan yang tiba-tiba bisa memaksa ketonggeng untuk masuk dalam mode bertahan.
Capit yang kuat bukanlah satu-satunya senjata yang dimiliki oleh ketonggeng. Kalian ingin tahu kenapa ketonggeng memiliki bau asam yang kuat seperti cuka? Itu dikarenakan ketonggeng bisa mengeluarkan cairan asam dari dalam tubuhnya. Cairan asam ini dikeluarkan ketika ketonggeng merasa terancam.
Memang benar bahwa ketonggeng tidak beracun dan cairan asam ini tidak bisa membunuh manusia. Tapi jika kalian sampai terkena cairan asam ini, kalian tetap bisa merasakan sakit dan luka. Ketika ada bagian tubuh yang terkena cairan asam ketonggeng, maka efeknya akan terasa seperti terbakar dan gatal. Untuk menghilangkan efeknya harus dicuci menggunakan air bersih dan dingin.
Ada alasan kenapa kalajengking ekor cambuk lebih memilih aktif di malam hari. Itu karena makanan yang ia makan juga aktif di malam hari. Kalajengking ekor cambuk memang memiliki bentuk mengerikan, membuat orang susah tidur kalau membayangkan dirinya. Tapi ada juga hewan yang tak kalah mengerikan dari kalajengking ekor cambuk yakni kecoak.
Kecoak adalah salah satu hewan yang suka tinggal di area kotor. Akan semakin mengerikann ketika kecoak membuka sayapnya dan mulai terbang. Kecoak termasuk dalam salah satu makanan favorit kalajengking ekor cambuk. Selain kecoak, kalajengking ekor cambuk juga bisa memangsa lalat, nyamuk, jangkrik, belalang, dan cacing.
Kalajengking ekor cambuk atau ketonggeng ternyata memiliki ratusan spesies yang tersebar di banyak negara. Perkiraan spesies yang berhasil diidentifikasi ada sebanyak lebih dari 155 spesies. Hewan kecil satu ini ternyata juga ada ditemukan fosilnya. Dengan ditemukannya fosil ketonggeng semakin menambah jumlah spesies ketonggeng.
Melalui fosil ketonggeng yang sudah punah dan menjadi fosil, para peneliti mempelajari bahwa hewan ini memiliki usia lebih dari 358 juta tahun. Meski sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, usia ketonggeng rata-rata hanya berkisar 10 sampai 15 tahun. Dan dari semua spesies, rata-rata tidak beracun.
Ketonggeng memiliki cara reproduksi yang cukup unik. Musim kawin mereka tergantung dengan iklim. Mereka memilih untuk kawin di saat iklim hujan. Ketonggeng jantan harus menarik perhatian betina dengan menggunakan sinyal berupa gerakan tubuh. Contohnya seperti gerakan menghentak, menjepit betina dengan capitnya, memanjangkan pedipalpus, dan membersihkan kaki antenniformis.
Jika betina tertarik, barulah proses kawin terjadi. Ketonggeng jantan akan meletakkan spermatophores (sperma dalam bentuk tablet) yang kemudian akan diambil oleh betina. Betinanya akan memasukkan spermatophores jantan ke alat reproduksinya. Nantinya si betina akan menghasilkan telur dan terus membawanya di punggungnya.
Kita semua tahu bahwa zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dulu. Orang dulu biasanya hanya memelihara kucing atau anjing sebagai peliharaan. Sekarang sudah banyak orang yang memilih hewan peliharaan yang anti mainstream. Ada yang memelihara ular, kadal, macan, dan ketonggeng pun juga bisa dijadikan peliharaan.
Hewan yang memiliki bentuk menakutkan ini bukan hewan yang agresif dan tidak berbisa. Mereka hewan penyendiri dan bisa diberi makan serangga seperti kecoak, lalat, dan ulat. Jika mau dikembang biak, ketonggeng sangat mudah untuk dikembang biakkan. Mereka juga tak perlu perawatan yang rumit.
Kebanyakan kalajengking ekor cambuk lebih memilih tinggal di daerah yang gelap, sempit, dan lembab. Mereka sebisa mungkin mencari tempat tinggal yang aman dari predator. Predator dari kalajengking ekor cambuk seperti kelelawar, kadal, dan reptil lain yang menu makannya adalah serangga dan Arthropoda.
Meski begitu, ada banyak spesies kalajengking ekor cambuk yang memiliki habitat yang berbeda tergantung tempat mereka tinggal. Seperti spesies Phrynus marginemaculatus yang lebih memilih tinggal di bawah daun dan batu di Amerika Selatan. Spesies Damon diadema di Afrika lebih memilih tinggal di bawah kayu pohon. Phrynus longipes di Caribbean suka di dalam goa.
Pernah terpikir bagaimana cara ketonggeng hidup? Apakah mereka hidup dalam kelompok atau sendiri? Ternyata ketonggeng termasuk hewan solitary alias penyendiri. Mereka cenderung menjalani hidup sendiri dan berburu makanan sendiri. Momen ketonggeng berkumpul adalah pada saat musim kawin atau adu dominan dengan ketonggeng lain.
Pertarungan adu dominan biasa dilakukan untuk memperebutkan wilayah. Ketonggeng akan bertarung mempertahankan wilayahnya dari ketonggeng lain. Tak jarang setelah ketonggeng menang, si pemenang bukan hanya mendapatkan wilayah tapi juga memakan si kalah. Jadi ketonggeng ini juga termasuk hewan kanibal.