Bisa dikatakan bahwa Piala Dunia 2022 yang diselenggarakan di Qatar ini hypenya tidak tinggi seperti Piala Dunia sebelumnya. Bahkan di H-1 sebelum acara, hypenya masih terbilang rendah. Selain iklan yang mempromosikan event ini masih sedikit, ada banyak masalah atau kontroversi yang menyelimuti ajang sepakbola paling bergengsi antar negara ini. Mulai dari pemilihan Qatar sebagai tuan rumah World Cup saja sudah menuai kontroversi. Kira-kira apa saja kontroversi lain seputar World Cup tahun 2022 ini?
Qatar bukanlah negara yang terkenal akan sepakbola. Meski begitu, Qatar memiliki liganya sendiri yang dinamakan Qatar Stars League. Berbeda dengan di Eropa yang sepakbolanya sudah mengakar sejak lama. Alasan ini yang mempengaruhi bagaimana infrastruktur atau fasilitas terkait penyelanggaraan sepakbola.
Untuk bisa menyelenggarakan Piala Dunia, sebuah negara harus mengikuti aturan FIFA. Karena kekurangan stadium sepakbola, Qatar harus bisa menyiapkan sejumlah stadium dengan standarisasi dari FIFA. Untuk pembangunan 7 stadium sepakbola, biaya yang dikeluarkan Qatar berkisar antara 6,5 sampai 10 miliar USD. Karena faktor stadium yang kurang ini membuat sejumlah orang ragu kalau Qatar pantas menjadi tuan rumah World Cup 2022.
Ada pun kontroversi lain yang menyelimuti Piala Dunia di Qatar adalah permasalah terhadap kaum wanita. Qatar dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi hukum Islam. Hukum Islam yang diterapkan di Qatar dianggap sangat mengekang kebebasan kaum wanita. Hal ini menjadi perbincangan yang panas oleh pihak-pihak dari luar yang menjunjung tinggi hak kemanusiaan.
Beberapa peraturan yang harus ditaati oleh wanita di Qatar seperti harus mendapatkan izin jika ingin menikah. minimal usia yang legal untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, susahnya mendapatkan pekerjaan, dan masih banyak lagi aturan lain yang dinilai sangat membatasi kebebasan wanita. Agar isu tentang diskriminasi ini bisa dilupakan, ditunjuk beberapa wanita yang akan bertindak sebagai wasit saat pertandingan berlangsung.
Hukum di Qatar melarang pasangan yang tidak memiliki hubungan pernikahan untuk melakukan hubungan intim atau sex. Yang melanggarnya tentu akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan yang berlaku di Qatar. Larangan atau hukuman ini juga yang diterapkan selama gelaran Piala Dunia berlangsung dan harus ditaati oleh semua fans yang datang dari luar Qatar.
Di Eropa yang mayoritas orangnya memiliki pergaulan lebih bebas dan menganggap bahwa melakukan hubungan sex dengan orang yang disuka termasuk hak asasi manusia, menganggap aturan ini adalah aturan yang konyol. Tapi yang namanya datang ke negara orang, kita mau tidak mau harus mengikuti aturan dari negara tersebut.
Dalam sebuah acara, menjadi hal yang biasa kalau ada pihak yang mengundang sejumlah orang untuk menonton acara yang diselenggarakan lalu ketika acara selesai akan mendapatkan bayaran. Inilah yang disebut dengan penonton bayaran. Bukan hal yang baru, tapi di ajang Piala Dunia yang diadakan di Qatar ini ternyata ada juga fans atau penonton bayaran.
Qatar terkenal sebagai negara yang banyak uang. Untuk mempromosikan event World Cup yang diselenggarakan tiap 4 tahun sekali ini, Qatar rela menghabiskan banyak uang untuk membayar influencer untuk mempromosikan World Cup dan turisme di Qatar. Mereka para penonton dan fans bayaran ini diwajibkan untuk menyanyikan chant ketika disuruh dan memposting hal yang bagus-bagus tentang Qatar di sosial media.
Alkohol biasa dikonsumsi ketika dalam suatu acara atau untuk menghangatkan tubuh. Banyak orang di Eropa yang mengkonsumsi alkohol untuk 2 alasan tersebut. Dan ketika event sebesar dan penitng seperti Piala Dunia, kurang lengkap rasanya jika tidak ada minuman beralkohol. Tapi sayangnya ini alkohol tidak bisa dinikmati di Qatar.
Qatar memiliki hukum yang sangat tegas terhadap minuman yang mengandung alkohol. Ini terkait dengan hukum di agama Qatar yakni Islam. Di Islam disebutkan dengan jelas bahwa alkohol adalah minuman yang dilarang. Hal ini jelas ditentang oleh banyak orang dari luar Qatar yang berharap bisa menyaksikan pertandingan sepakbola langsung ditemani dengan alkohol. Apalagi aturan pelarangan alkohol dirilis beberapa hari menjelang opening World Cup.
Banyak hal yang terkait Piala Dunia tahun 2022 yang diadakan di Qatar ini berbau kontroversi. Bukan cuma pemilihan negara yang dipertanyakan banyak orang, bahkan jadwal Piala Dunia juga dipertanyakan. Perlu diketahui bahwa penyelanggaraan Piala Dunia ini diadakan pada tanggal 20 November 2022 sampai 18 Desember 2022.
Di Eropa, jadwal ini sudah masuk dalam jadwal musim dingin yang mana beberapa negara memiliki turnamen yang sedang berlangsung. Ambil contoh seperti yang terjadi Inggris. Inggris memiliki banyak kompetisi yang bahkan tetap berjalan meski musim dingin datang. Karena adanya Piala Dunia ini, para pemain jadi kurang persiapan dan istirahat. Akibatnya justru bisa menyebabkan cidera dan performa turun. Penurunan performa ini juga akan berdampak pada penampilan negara dari pemain yang dibela.
Beda negara, beda juga iklimnya. Musim panas di Eropa bisa berbeda dengan musim panas di negara yang dikelilingi oleh gurun seperti Qatar. Inilah yang menjadi perhatian dari banyak orang. Bagaimana kondisi kesehatan dari para pemain yang tidak biasa bermain di negara dengan iklim panas seperti Qatar.
Jika iklimnya terlalu panas, bisa mempengaruhi kondisi fisik dari pemain. Waktu pemulihan juga bisa jadi lebih lama dari biasanya. Untuk mengakali iklim panas, pemerintaha Qatar membangun stadium khusus. Dengan gelontoran dana yang besar, setiap stadium yang digunakan untuk menyelenggarakan Piala Dunia, disediakan AC yang akan mendinginkan suhu dan membuat pemain sepakbola setidaknya sedikit lebih nyaman.
Qatar dianggap oleh banyak orang tidak cocok untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia. Meski sudah disebutkan banyak alasan kenapa Qatar tidak cocok jadi tuan rumah, ternyata FIFA tetap menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia yang diselenggarakan pada tahun 2022. Jelas ini membuat banyak orang curiga bahwa ada penyuapan.
Masalah suap ini sudah pernah muncul di tahun 2011. Menurut isu yang beredar, Qatar menyuap FIFA agar Piala Dunia tahun 2022 nanti diselenggarakan di Qatar. Sepp Blatter yang saat itu menjabat sebagai presiden FIFA diperiksa oleh banyak pihak terkait isu suap. Blatter sendiri tidak mengaku adanya suap melainkan menggunakan alasan politik ketika menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia. Keputusan pemilihan Qatar itu pun diucapkan Blatter sebelum Piala Dunia dimulai sebagai sebuah kesalahan.
Orang Eropa lebih terbuka dan menerima keberadaan kaum LGBT. Segala macam atribut LGBT pun bebas dikenakan selama itu dilakukan di negara mereka sendiri. Tapi Qatar yang sangat kuat dengan aturan Islam, sangat melarang unsur-unsur LGBT masuk ke negaranya. LGBT sama seperti alkohol, dianggap sebagai sesuatu yang haram dan dilarang di Qatar.
Mereka kaum LGBT yang tinggal di Qatar tidak bisa tinggal dengan aman. Selain takut terkena hukuman berat dari pihak berwajib, orang-orang LGBT serta pendukungnya seringkali mendapatkan perlakukan diskriminasi. Atribut berbau LGBT seperti warna pelangi tidak diperbolehkan digunakan selama Piala Dunia berlangsung.
Segudang isu kemanusiaan menjadi kontroversi yang paling dibicarakan oleh banyak orang di dunia perihal penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar. Mulai dari diskriminasi wanita, diskriminasi kaum LGBT, dan perbudakan. Untuk menyiapkan fasilitas untuk Piala Dunia, Qatar mempekerjakan banyak orang yang ternyata berstatus sebagai imigran.
Para imigran ini dipekerjakan dengan iming-iming mendapatkan upah yang besar. Kenyataannya, upah tidak didapat tapi beban kerja yang sangat besar membebani pundak mereka. Kelelahan dan lapar membuat banyak pekerja meninggal dunia. Menurut perkiraan sebanyak 6.500 imigran yang berstatus pekerja meninggal dunia.
Pemerintah Qatar bersama FIFA mengklaim bahwa tidak ada pekerja yang meninggal dunia. Tapi jurnalis dan netizen menganggap bahwa ini hanya usaha dari Qatar dan FIFA untuk menutupi kejadian yang sebenarnya. Makanya banyak orang yang memboikot gelaran Piala Dunia tahun 2022 ini.