Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Sangat sulit untuk bisa mengajarkan dan memahami anak. Anak-anak yang berada dalam masa pertumbuhan sering melakukan kesalahan dan bagaimana cara orang tua untuk memberi tahu bahwa itu salah dengan cara yang benar. Karena apabila sampai terucap kalimat yang tidak tepat malah bisa membuat mental dan pola pikir anak menjadi terhambat. Untuk mengetahui kalimat atau ucapan apa saja yang sebaiknya tidak diucapkan oleh orang tua pada anak, berikut TahuPedia berikan beberapa contohnya.
Memiliki saudara mungkin akan dianggap menyenangkan oleh sejumlah orang. Dengan adanya saudara jadi meminimalisir kemungkinan perasaan kesepian. Kalau ingin bermain tinggal mengajak adik atau kakak. Meski ada efek positif, ada pula efek negatif dari memiliki saudara. Kemunculan masalah membandingkan antar saudara bisa saja terjadi.
Ketika memiliki adik atau kakak, pasti ada salah satu anak yang unggul di satu bidang sedangkan yang lainnya tidak. Orang tua yang ingin menyemangati anaknya dengan menggunakan kalimat kenapa kamu tidak bisa seperti kakak/adik mungkin saja terlontar dari mulut. Ketimbang menggunakan saudara sebagai pembanding, lebih baik cari cara bagaimana untuk membuat anak tersebut bisa bangkit dari keterpurukan.
Kewajiban orang tua adalah untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup sang anak. Dari makanan, tempat tinggal, kesehatan, pakaian, pendidikan, bahkan mainan juga perlu dipenuhi. Jadi memang membesarkan anak bukan cuma modal mental kuat tapi harus juga disertai dengan finansial yang kuat. Namanya juga anak, melihat benda menarik pasti ingin memiliki. Kalau tidak diberikan pasti akan menangis sejadi-jadinya.
Malu kalau anak sampai menangis keras di tempat umum. Kalaupun orang tua tidak mau atau tidak mampu membelikan, jangan katakan pada anak bahwa kita tidak mampu membeli karena tidak ada uang. Ini namanya sama saja seperti membebani anak dengan kondisi keuangan keluarga. Bukan sepenuhnya salah anak jika kondisi uang mengalami krisis. Salahkan orang tua sendiri kenapa tidak menyiapkan tabungan yang khusus digunakan untuk keperluan anak.
Pada saat masih kecil, kalian pasti sering diberi nasehat oleh orang tua bahwa jangan dekat atau bahkan bicara dengan orang asing. Hal ini wajar karena orang tua takut kalau sampai anaknya mengalami kejadian yang tak diinginkan karena terlalu dekat dengan orang asing. Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata ucapan ini tidaklah tepat. Tidak semua orang asing itu memiliki niat jahat. Bagaimana dengan pemadam kebakaran atau polisi, bukankah mereka juga termasuk orang asing di mata anak-anak?
Jika anak tidak diperbolehkan berbicara pada orang asing, lalu pada saat ada kejadian darurat dimana melibatkan polisi dan polisi meminta keterangan dari sang anak, anak yang diajarkan untuk tidak berbicara pada orang asing malah akan membuat diri mereka sulit untuk keluar dari masalah. Perlu diajarkan lebih spesifik orang asing yang seperti apa untuk diajak berbicara. Tentu dengan tidak melupakan agar tetap berhati-hati juga dengan orang tersebut.
Kebebasan berpendapat sangatlah diutamakan sekarang ini. Beruntunglah anak-anak milenial yang memiliki orang tua paham akan hal tersebut. Coba saja kalian lahir lebih awal di tahun 80-90 awal. Tidak mungkin suara kalian akan didengar oleh orang tua. Ketika ingin berbicara, orang tua langsung memotong dengan berkata, kamu anak kecil tidak usah berkomentar.
Padahal dalam berkeluarga, suara dari setiap anggota keluarga itu perlu didengar. Tidak semua hal itu hanya berkaitan dengan orang tua saja. Apalagi setiap keputusan yang diambil pastinya akan berdampak pada seluruh anggota keluarga. Maka dari itu orang tua harus mendorong anak-anaknya untuk berani mengutarakan pendapat mereka. Siapa tahu saja ternyata pendapat anak ada benarnya.
Memiliki dan membesarkan anak memang tak mudah. Apalagi jika anak tersebut keras kepala, diminta melakukan apa, mereka malah menolak. Pastinya itu bisa membuat orang tua pusing. Hal ini membuat sejumlah orang tua mendidik anaknya dengan cara yang keras. Ketika ingin anaknya melakukan suatu hal, orang tua memaksa dan mungkin dengan memberikan ancaman.
Apakah cara tersebut berhasil? Mungkin saja iya. Tapi anak akan mengerjakan hal tersebut dengan keterpaksaan atau rasa takut. Mengerjakan suatu hal dengan rasa takut atau keterpaksaan bukanlah hal yang bagus. Mereka nantinya bisa saja akan menolak melakukan begitu sudah dewasa. Daripada mendidik dengan cara ancaman, lebih baik minta dengan lembut dan sertakan alasan kenapa harus melakukan hal tersebut.
Semarah atau kecewanya orang tua pada anak, sebaiknya tidak sampai mengucapkan pada anak bahwa kamu kecewa pada mereka. Ya, mereka memang membuat suatu kesalahan atau kegagalan, tapi tidak diperlakukan dengan cara demikian. Meski anak kecil pun mereka tetap punya perasaan yang musti dijaga.
Kegagalan adalah suatu hal yang wajar, apalagi jika dilakukan oleh anak-anak. Anak-anak masih dalam tahap belajar untuk bisa melakukan sesuatu dengan baik. Meski sudah melakukan dengan baik juga belum tentu hasilnya memuaskan. Pernahkah kalian para orang tua berpikir bahwa bukan cuma kalian saja yang bisa sedih kalau melakukan kesalahan/kegagalan, tapi anak juga bisa merasakan hal yang sama ketika gagal melakukan sesuatu.
Ucapan jangan cengeng merupakan salah satu dari sekian banyak ucapan yang tidak boleh diucapkan oleh orang tua pada anaknya. Anak yang menangis sehingga membuat orang tuanya pusing dan kesal sering membuat orang tua mengeluarkan kata demikian. Perlu diingat bahwa mereka adalah anak-anak, mereka masih bingung bagaimana mengutarakan perasaan yang mereka rasakan.
Sebagai orang tua diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik ketika menghadapi anak yang sedang menangis. Anak menangis pasti karena ada alasan. Jangan langsung menilai mereka cengeng, lebih baik tanyakan pada mereka apa penyebab mereka merasa sedih dan menangis. Bantu anak untuk mengutarakan emosinya dengan baik dan ajari bagaimana cara mengontrol emosinya tersebut.
Apakah baik untuk menyalahkan orang lain atas perbuatan yang sudah kita perbuat? Tentu tidak bukan? Itu sama saja melempar tanggung jawab atau kesalahan pada orang lain. Orang seperti itu bisa dicap buruk dan besar kemungkinan akan dikucilkan dari pergaulan. Bila ditelusuri lebih jauh, mungkin hal ini memiliki akar masalah dari sejak kecil.
Ketika masih anak-anak dan melakukan kesalahan, orang tua cenderung melempar kesalahan anak pada hal lain. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak merasa bersalah dan tidak menangis. Simpelnya seperti kaki anak tersandung meja lalu menangis. Orang tua malah mengatakan bahwa bukan anaknya yang salah melainkan meja yang salah.
Sangat dimengerti ketika melihat ada orang tua yang rela melakukan apapun untuk anaknya. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya bahagia, begitu kira-kira. Makanya tak jarang kita mendengar ada orang tua yang mengatakan pada anaknya biar kami saja yang lakukan, kamu hanya perlu bermain atau bersenang-senang saja.
Kesan ingin membuat anak bahagia dengan membiarkan orang tua yang mengerjakan hal yang semestinya dikerjakan oleh anak ternyata tidak bagus. Ini bisa membuat anak untuk melupakan tanggung jawabnya. Ada kemungkinan nanti saat dewasa, anak malah akan melempar tanggung jawabnya pada orang tua. Daripada membiarkan orang tua yang mengerjakan, lebih baik ajak anak untuk melakukan hal secara bersama-sama. Ini berguna untuk melatih tanggung jawab sedari dini.
Orang tua mana yang tidak pusing begitu mendengar anaknya menangis. Sebisa mungkin orang tua pasti akan menghibur anaknya tersebut agar tangisannya berhenti. Karena sungguh tidak enak dilihata dan tidak enak didengar suara tangisan anak. Dari sekian banyak cara untuk menenangkan tangisan anak, salah satu yang sering diucapkan adalah kalimat kamu tidak perlu menangis, kan tidak apa-apa.
Ucapan yang dikira sepele dan efektif untuk menenangkan anak ini ternyata tidak begitu dianjurkan untuk diucapkan. Seorang anak menangis pasti itu karena ada penyebabnya. Mengatakan kamu tidak apa-apa justru malah akan membuat anak merasa masalahnya bukanlah suatu hal yang penting. Yang ada malah anak merasa tidak merasa diperdulikan akan masalah yang dihadapi.