Sering mendengar istilath autis atau autisme, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan autisme itu? Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan otak yang dimana penderitanya akan mengalami kesulitan dalam hal komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Autisme juga memungkinkan penderitanya mengalami gangguan perilaku dan membatasi minat orang tersebut. Autisme bisa diderita oleh siapa saja, pria, wanita, tua, muda. Apabila diderita oleh anak kecil, ada kemungkinan untuk bisa dilakukan beberapa langkag untuk menghilangkan autisme tersebut. Tapi bagaimana mendeteksi perilaku autisme pada seseorang terutama anak kecil? Orang yang mengalami autisme memiliki beberapa tanda, tanda tersebut bisa disimak di bawah ini.
Saat berbicara dengan seseorang, kita selalu mengusahakan untuk menghadap lawan bicara dan saling bertatap-tatapan. Dengan bertatapan, kita bisa mengenali ekspresi serta melihat mata dari lawan bicara. Dari sana kita bisa tahu apa maksud dan tujuan dari lawan bicara kita. Pada anak yang mengalami autisme, sangat sulit untuk bisa saling bertatap mata.
Anak penderita ASD cenderung tidak fokus dengan mata lawan bicaranya. Bukan karena merasa salah, tapi mereka memang sulit untuk bisa fokus pada satu titik. Dalam hal ini adalah mata dari lawan bicaranya. Anak penderita autis cenderung menggerakan bola matanya ke kanan, kiri, atas, atau bawah.
Orang normal pasti akan merespon apabila mendengar namanya dipanggil. Jangankan nama, ada suara kecil apapun orang akan menoleh dan mencari tahu asal suara tersebut. Dengan memanggil nama, ini dimaksudkan bahwa ada suatu hal yang ingin disampaikan untuk orang tersebut, makanya dipanggil nama agar orang tersebut berhenti melakukan hal yang dilakukan dan beralih pada si pemanggil.
Pada penderita autisme, akan sangat sulit untuk bisa memanggil mereka. Mereka seakan tidak mendengar, sibuk dengan kegiatannya sendiri, atau penyebab lainnya. Mereka mendengar ketika nama mereka dipanggil, tapi mereka tidak ada respon. Respon yang dimaksud bisa dengan menoleh atau membalasnya dengan kata ya atau ada apa.
Orang yang memiliki gangguan perkembangan seperti autis memiliki ciri khas yang sama yaitu sulit berbicara. Tak hanya mengalami kesulitan berbicara, mereka juga memiliki masalah dengan perbendaharaan kata yang membuatnya bingung harus menyusun kalimat seperti apa. Ini membuat mereka terkesan seperti anak pendiam atau introvert.
Berbeda dengan anak introvert, meski mereka pendiam, mereka tetap bisa berbicara ketika ada topik yang menarik atau disuka, tidak seperti anak autis. Ketika anak penderita autisme semakin beranjak dewasa dan masalah komunikasi ini belum terselesaikan, mereka cenderung berubah menjadi anak yang banyak bicara, jauh lebih sering berbicara ketimbang anak normal dan memiliki perbendaharaan yang sangat kaya.
Anak yang memiliki masalah dengan autisme kebanyakan tidak bisa memahami emosi dari orang lain. Mereka melihat ada orang yang bahagia, tertawa, menangis, sedih, dan lain sebagainya sebagai hal yang biasa. Penderita autisme tidak mengerti harus merespon seperti apa. Kebanyakan orang normal melihat anak autis seperti tidak memiliki simpati dan empati.
Padahal normalnya manusia, ketika ada melihat ada orang yang bahagia atau sedih, ada reaksi yang diberikan oleh hati dan pikiran mereka sehingga bisa memberikan reaksi dari emosi orang yang dilihatnya. Anak autisme tidak mengerti hal tersebut. Mereka malah cenderung bersikap biasa dan menunjukan ekspresi yang datar.
Banyak orang mengira bahwa anak-anak memiliki perasaan sensitif. Mudah menangis dan mudah tertawa juga. Mereka tidak sadar bahwa perasaan sensitif juga bisa menjadi salah satu penanda bahwa seorang anak memiliki masalah dengan autisme. Anak penderita autis yang memiliki masalah dengan perasaan atau emosinya ini akan sangat rumit dihadapi karena mereka tidak tahu bagaimana cara mengontrol perubahan yang terjadi pada perasaannya.
Pada orang dewasa, perubahan emosi yang terjadi meski bisa terjadi suatu waktu, mereka tetap bisa berlaku normal. Maksudnya, mereka bisa mengkondisikan perubahan moodnya di tempat yang tepat. Ketika sedang bad mood, mereka akan mencari waktu dan tempat yang kosong untuk meluapkan perasaannya. Anak penderita autisme tidak bisa demikian. Mereka cenderung langsung mengekspresikan perasaanya pada saat itu juga. Orang yang tak tahu apa-apa bisa saja menjadi sasaran kefrustasiannya.
Salah satu ciri anak yang mengalami autisme adalah dengan tidak melakukan respon ketika namanya dipanggil. Alasannya bisa bermacam-macam seperti yang sudah dijelaskan di atas. Salah satu kemungkinannya adalah karena satu ini yaitu terlalu fokus pada dirinya sendiri. Fokus pada yang dilakukan atau fokus dengan apa yang ada di dalam pikirannya.
Anak yang memiliki autisme seringkali menghabiskan waktu dengan berbicara dengan diri sendiri. Mereka ini seperti asyik dengan dunianya sendiri. Membuat mereka tidak perduli dengan apa yang terjadi di sekitar mereka. Jangankan ada orang yang ingin ikut masuk dalam kegiatannya, dipanggil saja belum tentu mereka akan menjawab.
Selama dunia masih berputar dan waktu masih berjalan, pasti akan ada yang namanya perubahan. Perubahan ini bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan harus dialami oleh semua orang. Orang normal mungkin ada yang siap, ada juga yang tidak, tapi mau tidak mau mereka harus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Reaksi yang berbeda bisa ditunjukan oleh mereka yang menderita autisme. Orang yang menderita autisme tidak bisa menerima dan beradaptasi dengan perubahan. Mereka ini terbiasa dengan rutinitas dan peraturan yang sudah ada dan sudah mereka ikuti sejak lama. Ketika terjadi perubahan, biasanya mereka akan kesal dan marah karena rutinitasnya menjadi terganggu.
Komunikasi menjadi salah satu kunci agar bisa bersosialiasi dengan orang lain. Ketika komunikasi saja sudah sulit, maka akan sulit juga menjalin hubungan dengan orang lain. Inilah yang membuat kenapa orang-orang penderita autisme tidak suka bergaul. Karena pada awalnya mereka sudah sulit untuk berkomunikasi.
Sulit berkomunikasi bukan cuma terjadi pada teman yang seumur, tapi dengan orang tua sendiri pun seorang anak yang menderita autisme juga mengalami kesulitan. Kondisi anak yang mengalami masalah dalam bersosialisasi ini akan merembet ke masalah bekerja sama atau berbagi suatu barang. Apabila ada orang tua yang anaknya menunjukan ciri-ciri ini dan kesulitan menanganinya, bisa meminta bantuan kepada yang lebih ahli.
Pernahkah kalian menemukan ada orang atau anak yang berbicara mengenai banyak hal yang disuka tapi sulit untuk menunjuk satu saja hal yang paling disuka? Tidak mampu menunjukan kesukaan terhadap sesuatu dari sekian banyak hal adalah salah satu tanda yang menunjukan bahwa orang tersebut memiliki masalah ASD.
Pada umumnya, orang atau anak akan menunjukan pada hal, menandakan bahwa mereka tertarik dengan hal tersebut. Orang atau anak autisme mengalami kesulitan memilih atau menunjuk sesuatu yang menarik perhatian mereka. Atau bisa saja mereka benar-benar tidak memiliki ketertarikan pada hal tersebut. Tapi tidak mungkin ada anak atau orang yang tidak tertarik pada apapun bukan.
Dan satu satu lagi tanda yang cukup jelas menunjukan bahwa seseorang adalah penderita autisme yaitu memiliki sifat obsesif pada suatu barang. Sifat obsesif pada suatu barang ini umum ditunjukan oleh mereka yang masih anak-anak. Sulit rasanya menemukan orang yang mengangis tantrum di tempat umum ketika barangnya diambil oleh orang lain.
Anak kecil yang biasanya akan menangis tantrum jika barang kesukaannya diambil oleh orang lain. Bukan cuma oleh teman, bahkan oleh orang tuanya sendiri juga anak bisa menangis sejadi-jadinya. Hal ini jelas bisa memiliki efek buruk apabila diatasi. Tapi apabila bisa diarahkan dengan benar, obsesif terhadap suatu hal ini bisa dijadikan momen untuk melatih motivasi anak agar bisa fokus pada hal yang ingin dikejar. Cita-cita misalnya.